Wednesday 27 May 2009

Terumbu Karang

A. Kenali Berbagai Jenis Terumbu Karang
Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang dapat dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Biasanya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-30ÂșC. Beberapa tempat tumbuhnya terumbu karang adalah pantai timur Afrika, pantai selatan India, laut Merah, lepas pantai timur laut dan barat laut Australia hingga ke Polynesia.

Terumbu karang terbesar adalah Great Barier Reef di lepas pantai timur Australia dengan panjang sekitar 2000 km. Terumbu karang merupakn sumber makanan dan obat-obatan dan melindungi pantai dari erosi akibat gelombang laut. Terumbu karang juga memberikan perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya ( sponge, ubur-ubur, ikan, bintang laut, udang-udangan, kura-kura).

Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang disebut sebagai fringing reef , terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak jauh ke luar disebut sebagai barrier reef, dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik disebut sebagai coral atoll.

B. Kerusakan Terumbu Karang
Terumbu karang ditemukan disekitar 100 negara dan merupakan habitat bagi 25% hewan laut. Terumbu karang akan mengalami stress karena temparatur air laut yang meningkat, sinar ultraviolet dan perubahan lingkungan lainnya, maka ia akan kehilangan sel alga simbiotiknya. Akibatnya warnanya akan berubah menjadi putih, tetapi jika tingkat stress terumbu karang amat tinggi akan mengakibatkan terumbu karang tersebut mati.

Perilaku masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi menjadi penyebab utama kerusakan terumbu karang di beberapa wilayah di Tanah Air. Kondisi ini terus berlangsung karena berkolerasi dengan ketidakseriusan aparat penegak hukum yang ada serta lemahnya sistem dan perangkat hukum.

Dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi masyarakat pesisir telah mengalahkan kearifan lokal masyarakat setempat untuk memelihara lingkungan. Seperti pada musim paceklik yang membuat para nelayan mengeksploitasi sumber daya laut dengan menggunakan peraltan yang tidak ramah lingkungan, seperti bahan peladak, racun, dll.

Pada musim paceklik, masyarakat dengan segala keterbatasannya tidak melihat alternatif lain yang bisa dimanfaatkan untuk menmbah penghasilan. Akibatnya, mereka terus mencari ikan laut dengan berbagai cara. Eksploitasi sumber daya laut di areal terumbu karang juga terjadi akibat kurangnya dana untuk mencari ikan ke tengah laut.

Di wilayah pesisir Indonesia terdapat hamparan terumbu karang yang cukup luas atau sekitar 15% dari total terumbu karang dunia seluas 85.707 km2. Namun kualitas dan kondisi ekosistem terumbu karang Indonesia mulai menurun ke tingkat yang mengkhawatirkan akibat berbagai bentuk perilaku ekonomi dan dampak aktifitas manusia dari darat.

Dari luas 40.000 hektar terumbu karang Indonesia, 30% mengalami rusak parah, 40% mengalami rusak sedang, dan 30% masih baik atau seluas 14.431 hektar yang terdapat di Nias Selatan, Nias, dan Tapanuli Tengah. Melalui program rehabilitasi terumbu karang, dapat diperkirakan tahun 2009 akan ada perbaikan hingga 10%.

Penangkapan ikan secara destruktif, pencemaran, sdimentasi, dan penambangan karang menjadi penyebab kerusakan karang. Untuk mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang, perlu peningkatan pendapatan masyarakat melalui kegiatan pengembangan mata pencaharian alternatif, serta memberikan kesdaran dan kepedulian untuk melestarikan ekosistem terumbu karang.

Selain itu pemerintah daerah diharpkan dapat mendukung masyarakat untuk mengembangkan upaya mengurangi faktor-faktor yang dapat merusak terumbu karang dan membiarkan ekosistem terumbu karang pulih secara alami.

Ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu memilki bentuk yang menarik dan kekhususan tersendiri serta mempunyai asal usul yang unik. Untuk menghindari terjadinya erosi genetik dan menjamin kelestarian potensi alam tersebut, perlu dilakukan pengelolaan secara bijaksana dengan prinsip-prinsip konsversi.

Guna menunjang usaha pengelolaan tersebut diperlukan data dan informasi yang lengkap, antara lain berupa data terumbu karang dan ikan terumbu karang disekitar terumbu tersebut. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui presentase tutupan karang dan frekuensi kehadiran ikan di sekitar karang tersebut.

Hasil dari kegiatan ini antara lain : presentase tutupan karang di lima pulau berkisar 4,3 – 50,07% dan secara umum berkonsis rusak. Dengan keberadaan pulau resort wisata dapat mengurangi tekanan pengrusakkan terumbu karang dengan bahan peledak dan KCN.

C. Tsunami di Aceh Sebabkan Kerusakan Terbesar
Gelombang Tsunami yang melanda D.I Aceh pada awal 2005 yang lalu tidak hanya membawa kerusakan pada ekosistem darat, namun juga pada ekosistem laut. Kerusakan terumbu karang di Aceh bahkan tercatat sebagai keruskan yang paling besar dan luas yang pernah terdeteksi oleh para ahli.
Penelitian tersebut dilakukan oleh para ahli dari Wildlife Conservation Society-Indonesia Marine Program dan Australian Research Council Centre of Excellence for Coral Reef Studies (ARCCOERS) pada terumbu karang di Pulau Simeulue dan Pulau Banyak dipesisir Aceh pada bulan Maret 2007 yang lalu.

Penelitian ini untuk pertama kalinya mendokumentasikan efek gelomabang Tsunami yang telah mengangkat dasar lautan beserta terumbu karang di atasanya. Hal tersebut menyebabkan kerusakan pada terumbu karang yang mengelilingi pulau tersebut.

Tetapi hasil penelitian dari Wildlife Conservation Society-Indonesia Marine Program menyatakan bahwa di beberapa tempat telah muncul tanda-tanda regenerasi dan rekolonialisasi yang terjadi secara alamiah dari terumbu karang tersebut sehingga terumbu karang tersebut masih memiliki harapan berkembang walaupun membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Kerusakan pada terumbu karang juga diakibatkan oleh bintang laut duri, predator ganas pemangsa terumbu karang dan juga disebabkan oleh ulah manusia seperti penangkapan ikan dengan racun dan bom.

Adanya tanda-tanda regenerasi di wilayah terumbu karang yang rusak, memberi harapan bahwa ekosistem bawah laut Aceh lama kelamaan akan kembali seperti semula. Oleh karena itu, proses regenerasi terumbu karang secara alamiah tersebut harus kita lindungi bersama untuk menjaga kelestariannya.

Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar 60.000 km2. Terumbu karang yang dalam kondisi baik hanya 6,2 %. Terjadinya kerusakan ini pada umumnya disebabkan oleh 3 faktor :
1. Keserakahan manusia
2. ketidaktahuan dan ketidakpedulian pada alam
3. Penegak hukum yang lemah

D. Pelestarian Terumbu Karang
Yang dapat dilakukan untuk membantu melestarikan Terumbu Karang adalah :
• Jangan membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau hewan laut yang dikeringkan.
• Jangan menyentuh, berdiri diatas karang saat bermain di laut.
• Jika anda adalah seorang penyelam, perhatikan gerakan fin, tabung dan alat selam lainnya jangan sampai membentur karang.
• Terdapat bukti-bukti bahwa di dalam terumbu karang terkandung bahan-bahan untuk obat-obatan.
• Bergabunglah dengan badan pelestarian alam dan laut.

E. Interaksi Penduduk dengan Terumbu Karang
Zona pesisir Indonesia menopang kehidupan sekitar 60% dari 182 juta penduduk Indonesia. Pada beberapa wilayah tertentu, komunitas lokal sangat bergantung kepada banyak tipe terumbu karang dan hewan laut di terumbu karang, untuk pangan dan untuk diperdagangkan. Termasuk didalamnya ialah penyu, berbagai jenis ikan, berbagai jenis molusca,krustacea, dan echinodermata.

Keuntungan yang diperoleh bagi penduduk dari terumbu karang, seperti :
• Terumbu karang secara tradisional dimanfaatkan sebagai bahan bangunan karena mengandung kapur. Demikian pula pasir yang diambil dari ekosistem terumbu karang digunakan sebagai bahan campuran semen.
• Terumbu karang menyediakan sumber pangan yang berlimpah bagi penduduk Indonesia. Banyak sekali ikan-ikan karang dimakan karena mereka memiliki daging yang bergizi tinggi sebagai sumber pangan.

F. Pengelolaan Terumbu Karang
Pembentukan pengelolaan terumbu karang yang menjadi bagian dari Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Intergrated Coastal Zone Management) di Indonesia, menghadapi tantangan akibat kurangnya dukungan keuangan, teknologi yang kurang memadai dan sumber daya manusianya.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia mirip dengan negara-negara ASEAN lainnya, beberapa masalah yang sangat kritikal, antara lain:
• Degradasi dari ekosistem pesisir dan laut, termasuk ekosistem terumbu karang.
• Pencemaran terhadap lingkungan pesisir dan laut.
• Eksploitasi secara berlebihan terhadap sumberdaya yang ada di pesisir dan laut, dan telah meluasnya pengambilan secara ilegal terhadap sumberdaya laut.
• Perkembangan ke arah pembangunan strategi nasional dari pengelolaan wilayah pesisir terpadu relatif kecil, demikian pula dengan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati laut.

Masalah - masalah di atas dimungkinkan terjadi akibat kondisi sistem pengelolaan di Indonesia yang dapat digambarkan sebagai berikut :
• Ketiadaan koordinasi terhadap perencanaan pembangunan antara level pemerintahan lokal (propinsi) dengan level pemerintahan pusat.
• Lemahnya penegakkan hukum dari undang-undang dan peraturan yang berlaku sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut.